Idul Adha selalu menjadi waktu yang sarat makna, bukan hanya sekadar ritual menyembelih hewan, tetapi sebuah perjalanan spiritual yang mengajarkan kita arti pengorbanan, keikhlasan, dan kepedulian. Dalam setiap tetes darah hewan kurban yang mengalir, tersimpan pesan mendalam: kita diajak untuk melepaskan sesuatu yang berharga demi sebuah harapan yang lebih besar — harapan akan keberkahan, keadilan sosial, dan kebersamaan dalam kemanusiaan.
Tema “Kurban Berkah BAZNAS: Cahaya bagi Mudhohi dan Mustahik” mengingatkan kita bahwa ibadah kurban bukan hanya milik orang yang memberi, tetapi juga milik mereka yang menerima. Di sinilah cahaya itu bersinar—di antara mereka yang berkurban dengan hati penuh ketulusan (mudhohi), dan mereka yang menerima manfaat dengan rasa syukur mendalam (mustahik). Kurban menghidupkan jiwa, membuka ruang solidaritas yang melintasi sekat ekonomi dan sosial.
Kurban berakar dari kisah Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail, yang melambangkan ketaatan tanpa syarat kepada Sang Pencipta. Saat Ibrahim bersiap mengorbankan apa yang paling dicintainya, ia sedang meneladani makna hakiki dari ikhlas dan pasrah pada takdir Ilahi. Allah kemudian menggantikan Ismail dengan seekor hewan, menegaskan bahwa pengorbanan adalah ujian hati dan manifestasi kasih sayang kepada sesama.
Dalam konteks zaman modern, BAZNAS hadir sebagai perantara cahaya ini, menghidupkan kembali semangat kurban dengan sentuhan kemudahan dan distribusi yang adil. Hewan kurban yang disalurkan BAZNAS tidak hanya menjadi simbol pengorbanan, tetapi juga jembatan harapan untuk mereka yang selama ini terpinggirkan, mereka yang sehari-hari berjuang tanpa suara — para mustahik.
Melalui teknologi dan sistem yang transparan, BAZNAS membuka ruang bagi siapa saja untuk menunaikan kurban secara mudah, aman, dan sesuai syariat. Ini adalah bentuk nyata dari ibadah yang menyentuh, tidak hanya ke langit, tetapi sampai ke akar rumput kehidupan masyarakat.
Kurban bukan sekadar ritual, tapi cahaya yang menerangi hati, membangun rasa empati, dan memperkokoh persaudaraan. Saat kita berbagi bagian terbaik kita, kita pun menyaksikan bagaimana sinar kebaikan itu menyebar dan menembus kegelapan kesulitan.
Mari jadikan Idul Adha tahun ini sebagai momentum untuk menebar cahaya—cahaya pengorbanan yang menghidupkan, yang membangun, dan yang meneguhkan ikatan kemanusiaan kita semua. Karena sejatinya, keberkahan kurban bukan hanya soal daging yang dibagikan, melainkan cinta yang dilimpahkan dan harapan yang dibangkitkan. (Z-Pedia Baznas Kab. Sumedang)