Idul Adha, atau Hari Raya Kurban, adalah momen sakral dalam kehidupan umat Muslim. Pada tahun 1445 H, hari ini jatuh pada tanggal 27 Juni 2024. Setiap kali Idul Adha datang, kita diingatkan kembali akan kisah luar biasa tentang pengorbanan, kesetiaan, dan keikhlasan yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS. Lebih dari sekadar ritual, Idul Adha adalah ajang untuk merenungkan makna pengorbanan dan ketakwaan yang sejati kepada Allah SWT.
Kisah Idul Adha bermula dari perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim AS untuk mengorbankan putranya yang sangat dicintainya, Ismail. Bayangkan betapa beratnya beban yang harus ditanggung oleh Nabi Ibrahim. Seorang ayah yang harus mengorbankan anaknya sendiri, anak yang telah lama dinantikan kehadirannya. Namun, Nabi Ibrahim menunjukkan ketakwaan dan ketaatan yang luar biasa. Tanpa ragu, ia bersedia menjalankan perintah Allah SWT.
Di sisi lain, Nabi Ismail AS, yang masih muda, dengan penuh keteguhan hati menerima keputusan ayahnya. Ia rela dijadikan korban demi memenuhi perintah Allah SWT. Ketika saatnya tiba, Allah SWT menggantikan Ismail dengan seekor domba. Peristiwa ini tidak hanya menunjukkan ketakwaan dan ketaatan Nabi Ibrahim dan Ismail, tetapi juga kasih sayang dan rahmat Allah SWT terhadap hamba-Nya yang taat.
Setiap tahunnya, umat Muslim di seluruh dunia mengenang peristiwa ini melalui penyembelihan hewan kurban. Hewan yang dikurbankan, seperti kambing, sapi, atau unta, dipilih dengan cermat dan harus memenuhi syarat tertentu, seperti sehat dan cukup umur. Penyembelihan dilakukan setelah shalat Idul Adha, di mana umat Muslim berkumpul untuk melaksanakan shalat dua rakaat diikuti dengan khotbah.
Proses penyembelihan hewan kurban mengingatkan kita akan pentingnya nilai pengorbanan. Dalam kehidupan sehari-hari, pengorbanan bukan hanya tentang memberikan sesuatu yang berharga, tetapi juga tentang mengorbankan ego, keinginan, dan kepentingan pribadi demi kebaikan bersama. Idul Adha mengajarkan kita untuk rela berkorban demi cinta kepada Allah dan kepedulian terhadap sesama.
Daging hewan kurban dibagi menjadi tiga bagian: sepertiga untuk keluarga yang berkurban, sepertiga untuk kerabat dan tetangga, dan sepertiga lagi untuk kaum fakir miskin. Pembagian ini mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan solidaritas dalam Islam. Melalui kurban, umat Muslim diajarkan untuk berbagi rezeki dengan sesama, terutama dengan mereka yang kurang mampu. Dalam momen ini, kita diingatkan untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan dan untuk selalu berbagi dengan sesama.
Idul Adha juga bertepatan dengan puncak ibadah haji di Mekkah. Pada tanggal 10 Dzulhijjah, jamaah haji melakukan wukuf di Arafah, yang merupakan salah satu rukun haji. Ibadah haji sendiri adalah bentuk pengorbanan fisik, mental, dan finansial yang besar, mencerminkan semangat yang sama dengan Idul Adha. Mereka yang melaksanakan haji berkorban meninggalkan keluarga dan pekerjaan, mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, serta menahan diri dari berbagai kesenangan duniawi demi meraih ridha Allah SWT.
Idul Adha bukan hanya tentang penyembelihan hewan kurban, tetapi juga mengandung nilai-nilai spiritual yang mendalam. Idul Adha mengajarkan umat Muslim tentang pentingnya ketakwaan, ketaatan, dan keikhlasan kepada Allah SWT. Melalui ibadah kurban, umat Muslim diingatkan untuk senantiasa bersyukur atas nikmat yang diberikan dan untuk selalu berbagi dengan sesama. Lebih dari itu, Idul Adha mengajarkan kita untuk merenungkan arti pengorbanan dalam kehidupan kita sehari-hari. Apakah kita sudah rela berkorban demi kebaikan orang lain? Apakah kita sudah mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi? Pertanyaan-pertanyaan ini hendaknya menjadi bahan renungan kita setiap kali Idul Adha tiba.
Semoga dengan merayakan Idul Adha, umat Muslim dapat semakin meningkatkan ketakwaan dan ketaatan mereka kepada Allah SWT, serta mempererat tali persaudaraan dalam masyarakat. Idul Adha adalah waktu yang tepat untuk merenungkan makna pengorbanan, kesetiaan, dan keikhlasan dalam hidup kita. Mari kita jadikan momen ini sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas hubungan kita dengan Allah SWT dan sesama manusia. (Penulis : Ayi Subhan Hafas – Ketua Baznas Kab. Sumedang)